Saham blue chip adalah saham dari perusahaan-perusahaan hebat (berkualitas tinggi). Perusahaan Blue Chip itu memiliki brand besar, bisnis besar dan menguntungkan, juga market Leader. Secara umum, tidak ada daftar resmi perusahaan blue chip di Indonesia. Selama ini tiap-tiap orang bisa membuat pengertian dan kategorinya masih-masing. Namun di antara semua perbedaan itu, ada beberapa kesamaaan dalam pengertian dan kategori:
· Brand atau reputasi sangat terkenal, dan producknya dipakai masyarakat luas selama bertahun-tahun
· Ukuran dan nilai bisnisnya sangat besar. Yang ditunjukkan oleh Nilai penjualan, jumlah aset, dan jumlah pelangggan
· Bisnis perusahaan ini menguntungkan dalam jangka panjang, atau fundamental perusahaan sangat bagus.
· Karena kekuatan dan kebesarannya yang kuat dalam jangka panjang, menjadikan dia sebagai pemimpin pasar (Market Leader)
Saham-saham di Index LQ45
Di bursa saham Indonesia, kita kenal index LQ45. Ini adalah sekumpulan 45 saham yang menjadi penggerak utama harga-harga saham Indonesia (IHSG), karena 70% market cap dan jumlah trasaksi pasar saham Indonesia ada di ke-45 saham ini. K
Tiap-tiap sektor (dari 9 sektor) punya wakilnya di LQ45. Ke-45 saham tersebut adalah dari sektor Aneka Industri (ASII, SRIL), Industri Barang Konsumsi (UNVR, HMSP, GGRM, INDF, ICBP, KLBF), Industri Dasar dan Kimia (INTP, SMGR, BRPT, TPIA, WSBP), Infrastrukstur, Utilitas dan Transportasi (TLKM, EXCL, INDY, JSMR, PGAS, TRAM), Keuangan (BBRI, BBCA, BMRI, BBNI, BBTN, BJBR), Perdagangan, Jasa dan Investasi (LPPF, SCMA, AKRA, MNCN, UNTR, BMTR), Pertambangan (PTBA, ADRO, ANTM, INCO, BUMI), pertanian (SSMS), dan Properti dan Real Estate (WSKT, WIKA, PTPP, ADHI, BSDE, PWON, LPKR, MYRX).
Memang tidak secara formal disebutkan bahwa LQ45 adalah index saham blue chip. Namun dengan melihat kriteria saham LQ45 (yaitu market cap besar dan jumlah transaksi besar/liquid) maka perusahaan yang punya kriteria tersebut pastinya perusahaan yang besar. Sehingga muncullah persepsi umum bahwa saham-saham blue chip adalah saham-saham yang ada di LQ45.
Mendapatkan 20 Saham Blue Chip dari Index LQ45
Saya melakukan filter terhadap saham-saham di lQ45 berdasarkan kinerja bisnisnya (ROE terakhir, rata-rata ROE 3 tahun, dan rata-rata ROE 5 tahun) dan berdasarkan brand perception. (Format Nama perusahaan – KodeSaham; ROE_dalam_percent; Asset_dlm_trilyun)
· Astra International- ASII; 15; 306
· Unilever Indonesia – UNVR; 119; 20
· H.M. Sampoerna – HMSP; 40; 52
· Indofood CBP Sukses Makmur – ICBP; 19; 35
· Kalbe Farma – KLBF; 19; 17
· Gudang Garam – GGRM; 17; 63
· Indofood Sukses Makmur – INDF; 13; 93
· Semen Indonesia – SMGR; 12; 50
· Telekomunikasi Indonesia – TLKM; 22; 207
· Indika Energy – INDY; 15; 51
· Jasa Marga – JSMR; 14; 84
· Perusahaan Gas Negara – PGAS; 10; 89
· Bank Rakyat Indonesia – BBRI; 20; 1,119
· Bank Central Asia – BBCA; 19; 760
· Bank Mandiri – BMRI; 14; 1,098
· Bank Negara Indonesia – BBNI; 14; 700
· Tambang Batubara Bukit Asam – PTBA; 28; 24
· Waskita Karya – WSKT; 23; 111
· Bumi Serpong Damai – BSDE; 16; 49
· Wijaya Karya – WIKA; 11; 50
Apakah membeli saham-saham Blue Chip Pasti Untung?
Mendapatkan perusahaan yang bagus itu satu hal. Hal penting lainnya adalah apakah kita membelinya di harga yang masuk akal? Jika kita membeli sahamnya ketika harga sedang mahal-mahalnya, maka kemungkinan mendapatkan hasil tidak terlalu besar. Oleh karena itu, yang kita lakukan adalah sabar. Sabar memonitor bisnis dan harga sahamnya. Akan dijumpai waktu-waktu di mana harga saham turun karena isu-isu di market, juga mungkin karena kinerja jangka pendek yang tidak sesuai harapan. Nah, ketika harganya turun inilah saat yang tepat untuk membeli saham Blue Chip.
Kinerja Bisnis dan Harga Saham Blue Chip
Berikut ini data-data kinerja tahunan terakhir (2017). Angka dalam satuan trilyun rupiah untuk Asset, Equity, Revenue, Profit, Market Cap. ROE dalam %. Price (harga saham) dalam ribuan. PBV dan PER dalam satuan x.
Tabel 1. Kinerja Bisnis dan Harga Saham Perusahaan Blue Chip per tahun 2017
Berikut ini rata-rata pertumbuhan per tahun; dengan metode penghitungan CAGR untuk Price (harga saham), Profit, Revenue, Asset, dan Equity; dengan metode Average untuk PER, PBV, dan ROE. Data dari tahun 2008 sampai 2017.
2. Kinerja Rata-rata Bisnis dan Harga Saham Perusahaan Blue Chip. Diurutkan berdasarkan CAGR Price.
Hasil yang luar biasa. Tertinggi, KLBF (Kalbe Farma) selama 9 tahun terakhir sejak 2008 sampai 2017, return investasi rata-rata adalah 40.3% per tahun, dengan return total 21.1 kali. Jika pada akhir tahun 2008 kita membeli saham KLBF sebesar 100 juta rupiah, maka pada akhir tahun 2017 nilai saham kita menjadi 2.11 milyar rupiah.
Sebagai perbandingan, dari tahun 2008 sampai 2017, pertumbuhan Index Harga Saham Gabungan (CAGR IHSG) adalah 18.7%. Bisa kita lihat bahwa sebagian besar saham-saham Blue Chip (Tabel 2 di atas) menghasilkan return melebihi Index.
Kapan Waktu yang Tepat untuk Membeli Saham Blue Chip?
Sama dengan kriteria untuk menentukan waktu yang tepat untuk membeli saham-saham buat investasi, yaitu membeli saham ketika harga sedang murah sehingga memberikan Margin of Safety yang cukup. Cara paling mudah untuk menentukan harga murah atau tidaknya adalah dengan membandingkan PER dan PBV sekarang dengan PER dan PBV rata-rata. Harga murah kalau PER dan PBV lebih kecil daripada rata-rata masa lalu. Dan sebaliknya harga mahal kalau PER dan PBV lebih besar dari rata-rata.
Kedua tabel di atas adalah menggunakan data terakhir sampai tahun 2017. Kita bisa meng-kini-kan data dengan menggunakan data-data dari laporan keuangan Q1 2018. Untuk penghitungan, data quarterly tersebut kemudian disetahunkan (annualized atau TTM) karena data-data history adalah data tahunan.
Kesimpulan
Dari data historical kinerja, baik bisnis (fundamental) maupun harga saham, perusahaan-perusahaan Blue Chip memberikan return yang lumayan besar; khususnya lihat angka CAGR Price dan Profit. CAGR Price menunjukkan return dari kenaikan harga saham. CAGR Profit menunjukkan kenaikan profit (laba) perusahaan.
Kinerja di atas adalah kinerja historical masa lalu, di mana tidak bisa menjamin bahwa kinerja masa depan akan seperti kinerja masa lalu. Namun ingat, perusahaan-perusahaan blue chip ini telah bertahan selama bertahun-tahun, termasuk telah berhasil melewati masa-masa sulit. Jadi sudah terbukti keandalannya, sehingga membantu kita untuk bisa lebih yakin dalam memprediksi kinerja masa depan perusahaan-perusahaan tersebut.
Dari tabel rata-rata kinerja, perusahaan pertambangan dan energi menempati rangking terbawah (PTBA dan PGAS). Ini bisa memberikan petunjuk buat investor untuk lebih berhati-hati terhadap sektor pertambangan dan energi.